“Ketika orang tertidur kau terbangun, itulah susahnya. Ketika orang merampas kau membagi, itulah peliknya. Ketika orang menikmati kau menciptakan, itulah rumitnya. Ketika orang mengadu kau bertanggung jawab, itulah repotnya. Oleh karena itu, tidak banyak orang bersamamu disini, mendirikan imperium kebenaran”
(KH. Rahmat Abdullah)
Menyatukan visi, menyatukan hati tentulah sangat dibutuhkan dalam menjalankan peran sebagai BKK. Karena ketika ada egoisme yang mulai meninggi, maupun prasangka yang mulai menghitam, bahkan rasa peduli telah menipis, maka kembali mengingat apa tujuan kita bergerak akan kembali meredakannya. Begitulah seharusnya. Langkah kami diawali dengan sebuah jargon, yang menurut saya sangat dalam maknanya, “Suka duka kita seirama” Dimana sebagai sesama muslim ibarat satu tubuh, yang apabila satu anggota tubuhnya merasa sakit, maka begitu pula seharusnya.
Pada awal perjalanan, kami melakukan sebuah perjalan untuk menuju sebuah tempat yang di benak kami begitu indah panoramanya. Dan di perjalanan inilah saya merasa bahwa perjalan ini seolah menjadi refleksi setahun kepengurusan 1434 H yang akan kami lalui. Kami berangkat dengan sebuah tujuan yang sama. Dengan komposisi tiga motor yang kami kendarai, kami berangkat. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, kami akhirnya mulai melalui bukit yang begitu tinggi, berkelok-kelok, di bibir jalan ada tebing dan jurang yang menemani, dan kami tetap berjalan dengan semangat. Hingga ditengah perjalanan, hujan deras pun turun, kami segera mengenakan jas hujan dan melanjutkan perjalanan. Namun di tengah perjalanan salah satu motor yang dikendarai di antara kami terjatuh, dan saat itu segera semua motor menghentikan lajunya. Segera kami sigap membantu saudara kami yang terjatuh itu, dan kami beristirahat sejenak di sebuah mushola kecil sembari menanti hujan berhenti.