Ads 468x60px

Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu

bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

kuatkanlah ikatannya
tegakkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya

terangilah dengan cahyaMu
yang tiada pernah padam
ya Robbi bimbinglah kami

rapatkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakkal padaMu

hidupkan dengan ma’rifatMu
matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela

Selasa, 07 April 2009

Perjalanan Panjang..

Hari ini..
dalam enambelas masa..
tlah terangkum sekelumit kisah..
yang tlah membawaku dalam perjalanan ini..
dan semua berhembus..
seakan angin tak ada habisnya..
walau memori ini berkelit dari semua asa..
namun..
setiap kuterperanjat dalam suatu keadaan..
yang mungkin sangat ringan..
dengan sepenggal ilmu yang tak dipahami..
hati ini berusaha mencari..
walau tak kurasa pencarian itu begitu melelahkan..
hati ini sempat terperosok..
dalam..
tak terlihat..
Lubang itu begitu besar...
hanya pandangan tak terarah..
sakitnya terasa sampai saat ini..
walau memori enggan tuk mengingat..
namun sayang..
semua terekam..
begitu panjang..
hingga kusampai di sini..
Sungguh perjalanan yang melelahkan..
Apa yang sudah kulakukan?
aku merasa baru hidup dalam dua masa..

Yaa Rabb..
Engkau yang Maha Sempurna..
Saat ini..
kuakui semuanya..
bahwa Engkau Yang menghidupkanku..
kemudian Kau berikan mata padaku..
agar aku dapat melihat kekuasaan-Mu...
Engkau beri aku telinga..
agar aku dapat mendengar suara lantunan ayat-ayat-Mu
Engkau berikan aku otak..
hingga dapat berpikir tentang penciptaan alam ini..
Engkau beri aklu hati..
agar dapat kumerasakan keindahan cinta-Mu..
Maha Suci Engkau Ya Allah..
Sungguh.. hanya Engkau Yang Maha membolak-balikkan hati..

Segala puji bagi-Mu Ya Allah..
Yang pertama tanpa ada yang mengawali..
Yang terakhir tanpa ada yang mengakhiri..
Yang tak terlihat oleh pandangan orang yang memandang..
Yang tak tergambarkan oleh banyang orang yang membayangkan..
Engkau ciptakan segala sesuatu atas kehendak-Mu..
dan Engkau matikan segala sesuatu atas kehendak-Mu pula..
Segala puji bagi-Mu Ya Allah..
Hamba bertaubat.. Ya Ghaffar..
Dan hamba bersyukur atas nikmat iman yang kau beri..
atas nikmat dakwah..
atas nikmat kehidupan..
atas nikmat persaudaraan..
Sungguh..
Nikmat yang Kau beri tak kan mampu aku hitung..
dan hamaba bersaksi bahwa tiada ilah yang berhaq disembah kecuali engkau..
dan hamba bersaksi bahwa nabi Muhammad utusan-Mu...
Kan kurindukan perjumpaan itu Ya Allah..


with love:
ervira rusdhiana 
(7April2009)

Jumat, 03 April 2009

Ada Apa dengan Kartini?

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.” (QS. At-Tahriim:11)

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah, sudah tidak asing terdengar di telinga kita bahwa baiknya wanita akan menjadi kunci kebaikan umat. Peran dan partisipasi seorang wanita adalah suatu hal yang sangat penting.
Wanita laksana pedang bermata dua, jika ia baik dan menunaikan tugas-tugas utamanya sesuai dengan yang Allah gariskan maka ia bagaikan batu-bata yang baik bagi bangunan masyarakat Islam. Namun jika ia telah menyimpang dari syari’at yang Allah tetapkan, maka ia ibarat pedang yang akan merusak dan menghancurkan umat.

Wanita Dalam Islam
Islam benar-benar memperhatikan peran wanita muslimah, karena di balik peran mereka inilah lahir pahlawan dan pemimpin agung yang mengisi dunia dengan hikmah dan keadilan. Wanita begitu dijunjung dan dihargai perannya baik ketika menjadi seorang anak, ibu, istri, kerabat, atau bahkan orang lain.
Saat menjadi anak, kelahiran anak wanita merupakan sebuah kenikmatan agung, Islam memerintahkan untuk mendidiknya dan akan memberikan balasan yang besar sebagaimana dalam hadits riwayat `Uqbah bin ‘Amir bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
“Barangsiapa yang mempunyai tiga orang anak wanita lalu bersabar menghadapi mereka dan memberi mereka pakaian dari hasil usahanya maka mereka akan menjadi penolong baginya dari neraka.” (HR. Ibnu Majah: 3669, Bukhori dalam “Adabul Mufrod”: 76, dan Ahmad: 4/154 dengan sanad shahih, lihat “Ash-Shahihah: 294).

Ketika menjadi seorang ibu, seorang anak diwajibkan untuk berbakti kepadanya, berbuat baik kepadanya, dan dilarang menyakitinya. Bahkan perintah berbuat baik kepada ibu disebutkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak tiga kali baru kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan perintah untuk berbuat baik kepada ayah. Dari Abu Hurairah berkata,
“Datang seseorang kepada Rasulullah lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak untuk menerima perbuatan baik dari saya?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu,’ dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu,’ dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah kembali menjawab, ‘Ibumu,’ lalu dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah menjawab, ‘Bapakmu.’” (HR. Bukhori: 5971, Muslim: 2548)

Dan saat wanita menjadi kerabat atau orang lain pun Islam tetap memerintahkan untuk mengagungkan dan menghormatinya. Banyaknya pembahasan tentang wanita di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah menunjukkan kemuliaan mereka. Karena sesuatu yang banyak dibahas dan mendapat banyak perhatian tentunya adalah sesuatu yang penting dan mulia. Lalu masih adakah yang berani mengatakan bahwa Islam menzhalimi wanita?!
Wahai saudariku, demikianlah syari’at Islam menempatkan wanita di singgasana kemuliaan. Adapun di zaman sekarang, kenyataan yang terjadi di masyarakat sungguh jauh dari itu semua. Penyebabnya tidak lain adalah karena
jauhnya umat Islam dari pemahaman yang benar terhadap agama mereka. Seringkali ada orang yang menjadikan kesalahan orang lain sebagai hujjah (argumentasi) baginya untuk turut berbuat kesalahan yang sama. Terkadang pula orang-orang menilai syari’at Islam dari perilaku orang-orang yang menyatakan bahwa mereka beragama Islam, namun pada hakekatnya perilaku mereka belumlah menggambarkan yang demikian. Oleh karena itu wahai Saudariku, janganlah menjadikan perilaku manusia sebagai dalil. Jadikanlah Al-Qur`an dan Sunnah dengan pemahaman para shahabat sebagai petunjuk bagi kita. Sungguh kita berlindung kepada Allah dari butanya hati dan akal dari kebenaran.

Emansipasi

Saudaraku yang dirahmati Allah, kalau di Indonesia kita punya R.A Kartini, ternyata dalam Islam, kita juga punya pejuang-pejuang wanita yang sudah lebih dahulu memperjuangkan hak-hak kaum wanita. Kita pasti tidak asing lagi dengan nama Khadijah ra. Ya! Beliau adalah seorang wanita muslim yang merelakan seluruh harta bendanya demi perjuangan Islam. Selain itu, beliau juga merupakan istri pertama Rasulullah SAW yang senantiasa mendukung perjuangan Rasulullah dalam menyampaikan agama Allah. Bahkan Rasulullah mengatakan bahwa Khadijah adalah wanita yang paling utama di muka bumi.

“Tidak demi Allah, aku tidak pernah mendapat pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia yang beriman kepadaku ketika semuanya ingkar. Ia mempercayaiku taktala semua orang mendustakanku. Ia yang memberikanku harta pada saat semua orang enggan member. Dan darinya aku memperoleh keturunan-sesuatu yang tidak kuperoleh dari istri-istriku yang lain.”

Di Indonesia sendiri masalah emansipasi ini berkembang setelah adanya pemikiran-pemikiran R.A. Kartini, tokoh pergerakan kemerdekaan RI, melalui bukunya "Habis Gelap Terbitlah Terang". Menurut Ibnu Ahmad Dahri (1992), pikiran-pikiran Kartini yang dituangkan dalam bentuk surat-menyurat dan risalah ini tidak ditemui detail-detail masalah yang harus digugat oleh wanita, tetapi secara umum beliau menghendaki peningkatan harkat dan martabat wanita. Jadi sebenarnya Kartini tidak menuntut hak-hak wanita seperti di Barat, namun menuntut hak-hak wanita yang memang menjadi haknya.

Sesungguhnya Rasulullah yang diutus sebagai rahmatan lil’alamin adalah pelopor emansipasi wanita dalam Islam. Beliau akan memerangi siapa saja yang akan mengubur anak wanita mereka hidup-hidup. Dan belia juga menjanjikan ganjaran yang sangat besar diakhirat kelak bagi mereka yang membesarkan anak wanita mereka: "Barangsiapa yang membesarkan anak-anak perempuannya, dan merawat mereka dengan baik, mereka akan melindunginya dari api neraka."

Beruntunglah bagi yang terlahir sebagai seorang wanita. Bagi kaum Adam jangan berkecil hati karena seorang laki-laki adalah imam bagi seorang wanita. Maka berbanggalah pula bagi yang terlahir sebagai seorang laki-laki. Segala Puji bagi Allah Yang Maha Sempurna!
Meskipun pria menjadi pemimpin atas wanita, bukan berarti pria lebih mulia dari wanita, karena yang lebih mulia di antara mereka adalah yang lebih bertaqwa, dan bukan yang lebih tinggi pangkatnya. Atau bisa dikatakan bahwa Islam sama sekali tidak mendudukan wanita di bawah pria.

Wanita mendapat posisi yang paling penting adalah posisi untuk membina anak - anaknya. Posisi ini sangat penting untuk membentuk calon - calon penerus di masa depan. Dan kalaupun seorang wanita tidak menjadi pemimpin, toh dialah yang menyiapkan calon - calon pemimpin masa depan.
Bahkan yang melahirkan Rasulullah, yang begitu mulia adalah seorang wanita! Subhanallah!

“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah.” (HR. Muslim)

Wallahu'alam..

[ervira rusdhiana:vierhuzz.blogspot.com]

Kamis, 02 April 2009

Dalih menolak berhijab & jawabannya..

Apa Yang Menghalangimu Untuk Belum Berhijab Wahai Saudariku ?

Hijab adalah pakaian wanita muslim yang menutup bagian kepala sampai dengan kaki (termasuk didalamnya jilbab/tudung dan pakaian yang longgar tidak memperlihatkan lekuk tubuh). Bagi orang awam, masalah hijab mungkin dianggap masalah sederhana. Padahal sesungguhnya, ia adalah masalah besar. Karena ia adalah perintah Allah SWT yang tentu didalamnya mengandung hikmah yang banyak dan sangat besar. Ketika Allah SWT memerintahkan kita suatu perintah, Dia Maha Mengetahui bahwa perintah itu adalah untuk kebaikan kita dan salah satu sebab tercapainya kebahagiaan, kemuliaan dan keagungan wanita.

Seperti firman Allah SWT: "Hai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin untuk mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”.(QS. Al Ahzab:59)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda: "Akan ada di akhir umatku kaum lelaki yang menunggang pelana seperti layaknya kaum lelaki, mereka turun di depan pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian (tetapi) telanjang, diatas kepala mereka (terdapat suatu) seperti punuk onta yg lemah gemulai. Laknatlah mereka! Sesunggunya mereka adalah wanita -wanita terlaknat."(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad(2/33))
Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga pernah bersabda: “Dua kelompok termasuk penghuni Neraka, Aku (sendiri) belum pernah melihat mereka, yaitu seperti orang yg membawa cemeti seperti ekor sapi, dengannya mereka mencambuki manusia dan para wanita yg berpakaian (tetapi ) telanjang, bergoyang berlenggak lenggok, kepala mereka (ada suatu) seperti punuk unta yg bergoyang goyang. Mereka tentu tidak akan masuk Surga, bahkan tidak mendapat baunya. Dan sesungguhnya bau Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian."(HR. Muslim, hadits no. 2128).

Dimasa kini banyak alasan atau sebab yang sering dijadikan alasan mengapa para wanita enggan untuk berhijab, diantaranya:

1. Belum mantap
Bila ukhti/saudari berdalih dengan syubhat ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah Tuhan dengan perintah manusia. Selagi masih dalam perintah manusia, maka seseorang tidak bisa dipaksa untuk menerimanya. Tapi bila perintah itu dari Allah SWT tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan saya belum mantap, karena bisa menyeret manusia pada bahaya besar yaitu keluar dari agama Allah SWT sebab dengan begitu ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut.

Allah SWT berfirman Allah: "Dan tidak patut bagi lelaki mukmin dan wanita mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah SWT dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)

2. Iman itu letaknya di hati bukan dalam penampilan luar
Para ukhti/saudari yang belum berhijab berusaha menafsirkan hadist, tetapi tidak sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian.”(HR. Muslim, Hadist no. 2564 dari Abu Hurairah).



Tampaknya mereka menggugurkan makna sebenarnya yang dibelokkan pada kebathilan. Memang benar Iman itu letaknya dihati tapi Iman itu tidak sempurna bila dalam hati saja. Iman dalam hati semata tidak cukup menyelamatkan diri dari Neraka dan mendapat Surga. Karena definisi Iman Menurut jumhur ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah: "keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan". Dan juga tercantum dalam Al-Quran setiap kali disebut kata Iman, selalu disertai dengan amal, seperti: "Orang yg beriman dan beramal shalih....". Karena amal selalu beriringan dengan iman, keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.

3. Allah belum memberiku hidayah
Ukhti/saudari yang seperti ini terperosok dalam kekeliruan yang nyata. Karena bila orang yang menginginkan hidayah, serta menghendaki agar orang lain mendo'akan dirinya agar mendapatkannya, ia harus berusaha keras dengan sebab-sebab yang bisa mengantarkannya sehingga mendapatkan hidayah tersebut. Seperti firman Allah SWT: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra'd: 11).

Karena itu wahai uhkti/saudari, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya Anda mendapatkan hidayah tersebut dengan izin Allah SWT. Diatara usaha itu adalah berdo'a agar mendapat hidayah, memilih kawan yang shalihah, selalu membaca, mempelajari dan merenungkan Kitab Allah, mengikuti majelis dzikir dan ceramah agama dan lainnya.

4.Takut tidak laku nikah


Syubhat ini dibisikkan oleh setan dalam jiwa karena perasaan bahwa para pemuda tidak akan mau memutuskan untuk menikah kecuali jika dia telah melihat badan, rambut, kulit, kecantikan dan perhiasan sang gadis. Meskipun kecantikan merupakan salah satu sebab paling pokok dalam pernikahan, tetapi ia bukan satu-satunya sebab dinikahinya wanita.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal; yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Dapatkanlah wanita yg berpegang teguh dengan agama,(jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu". (HR. Al Bukhari, kitaabun nikah,9/115).

5. Ia masih belum Dewasa
Sesungguhnya para wali, baik ayah atau ibu yang mencegah anak puterinya berhijab, dengan dalih karena masih belum dewasa, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dihadapan Allah SWT pada hari Kiamat. Karena menurut syariat ketika seorang gadis mendapatkan Haidh, seketika itu pula ia wajib untuk berhijab.

6. Orang tuaku dan suamiku melarang berhijab
Dasar permasalahan ini adalah bahwa ketaatan kepada Allah SWT harus didahulukan daripada keta’atan kepada mahluk siapa pun dia. Seperti dalam hadits shahih disebutkan:

"sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebaikan."(HR. Al Bukhari dan Muslim). Dan sabda Rasul dalam hadist lainnya: "Dan tidak boleh ta'at kepada mahluk dengan mendurhakai (bermaksiat) kepada Al-Khaliq." (HR. Imam Ahmad, hadits ini shahih).

Maka dari itu wahai ukhti yang belum berhijab, semoga tulisan ini mejadi pembuka hati yang terkunci, menggetarkan perasaan yg tertidur, sehingga bisa mengembalikan segenap akhwat yang belum menta’ati perintah berhijab, kepada fitrah yang telah diperintahkan Allah SWT.

(Dikutip dari buku terjemahan yg berjudul asli Ila Ukhti Ghairil Muhajjabah Mal Maani'u Minal Hijab? oleh Syaikh Abdul Hamid Al Bilaly).

Wallahu A’lam.