Ads 468x60px

Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu

bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

kuatkanlah ikatannya
tegakkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya

terangilah dengan cahyaMu
yang tiada pernah padam
ya Robbi bimbinglah kami

rapatkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakkal padaMu

hidupkan dengan ma’rifatMu
matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela

Jumat, 03 April 2009

Ada Apa dengan Kartini?

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.” (QS. At-Tahriim:11)

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah, sudah tidak asing terdengar di telinga kita bahwa baiknya wanita akan menjadi kunci kebaikan umat. Peran dan partisipasi seorang wanita adalah suatu hal yang sangat penting.
Wanita laksana pedang bermata dua, jika ia baik dan menunaikan tugas-tugas utamanya sesuai dengan yang Allah gariskan maka ia bagaikan batu-bata yang baik bagi bangunan masyarakat Islam. Namun jika ia telah menyimpang dari syari’at yang Allah tetapkan, maka ia ibarat pedang yang akan merusak dan menghancurkan umat.

Wanita Dalam Islam
Islam benar-benar memperhatikan peran wanita muslimah, karena di balik peran mereka inilah lahir pahlawan dan pemimpin agung yang mengisi dunia dengan hikmah dan keadilan. Wanita begitu dijunjung dan dihargai perannya baik ketika menjadi seorang anak, ibu, istri, kerabat, atau bahkan orang lain.
Saat menjadi anak, kelahiran anak wanita merupakan sebuah kenikmatan agung, Islam memerintahkan untuk mendidiknya dan akan memberikan balasan yang besar sebagaimana dalam hadits riwayat `Uqbah bin ‘Amir bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
“Barangsiapa yang mempunyai tiga orang anak wanita lalu bersabar menghadapi mereka dan memberi mereka pakaian dari hasil usahanya maka mereka akan menjadi penolong baginya dari neraka.” (HR. Ibnu Majah: 3669, Bukhori dalam “Adabul Mufrod”: 76, dan Ahmad: 4/154 dengan sanad shahih, lihat “Ash-Shahihah: 294).

Ketika menjadi seorang ibu, seorang anak diwajibkan untuk berbakti kepadanya, berbuat baik kepadanya, dan dilarang menyakitinya. Bahkan perintah berbuat baik kepada ibu disebutkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak tiga kali baru kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan perintah untuk berbuat baik kepada ayah. Dari Abu Hurairah berkata,
“Datang seseorang kepada Rasulullah lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak untuk menerima perbuatan baik dari saya?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu,’ dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu,’ dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah kembali menjawab, ‘Ibumu,’ lalu dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah menjawab, ‘Bapakmu.’” (HR. Bukhori: 5971, Muslim: 2548)

Dan saat wanita menjadi kerabat atau orang lain pun Islam tetap memerintahkan untuk mengagungkan dan menghormatinya. Banyaknya pembahasan tentang wanita di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah menunjukkan kemuliaan mereka. Karena sesuatu yang banyak dibahas dan mendapat banyak perhatian tentunya adalah sesuatu yang penting dan mulia. Lalu masih adakah yang berani mengatakan bahwa Islam menzhalimi wanita?!
Wahai saudariku, demikianlah syari’at Islam menempatkan wanita di singgasana kemuliaan. Adapun di zaman sekarang, kenyataan yang terjadi di masyarakat sungguh jauh dari itu semua. Penyebabnya tidak lain adalah karena
jauhnya umat Islam dari pemahaman yang benar terhadap agama mereka. Seringkali ada orang yang menjadikan kesalahan orang lain sebagai hujjah (argumentasi) baginya untuk turut berbuat kesalahan yang sama. Terkadang pula orang-orang menilai syari’at Islam dari perilaku orang-orang yang menyatakan bahwa mereka beragama Islam, namun pada hakekatnya perilaku mereka belumlah menggambarkan yang demikian. Oleh karena itu wahai Saudariku, janganlah menjadikan perilaku manusia sebagai dalil. Jadikanlah Al-Qur`an dan Sunnah dengan pemahaman para shahabat sebagai petunjuk bagi kita. Sungguh kita berlindung kepada Allah dari butanya hati dan akal dari kebenaran.

Emansipasi

Saudaraku yang dirahmati Allah, kalau di Indonesia kita punya R.A Kartini, ternyata dalam Islam, kita juga punya pejuang-pejuang wanita yang sudah lebih dahulu memperjuangkan hak-hak kaum wanita. Kita pasti tidak asing lagi dengan nama Khadijah ra. Ya! Beliau adalah seorang wanita muslim yang merelakan seluruh harta bendanya demi perjuangan Islam. Selain itu, beliau juga merupakan istri pertama Rasulullah SAW yang senantiasa mendukung perjuangan Rasulullah dalam menyampaikan agama Allah. Bahkan Rasulullah mengatakan bahwa Khadijah adalah wanita yang paling utama di muka bumi.

“Tidak demi Allah, aku tidak pernah mendapat pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia yang beriman kepadaku ketika semuanya ingkar. Ia mempercayaiku taktala semua orang mendustakanku. Ia yang memberikanku harta pada saat semua orang enggan member. Dan darinya aku memperoleh keturunan-sesuatu yang tidak kuperoleh dari istri-istriku yang lain.”

Di Indonesia sendiri masalah emansipasi ini berkembang setelah adanya pemikiran-pemikiran R.A. Kartini, tokoh pergerakan kemerdekaan RI, melalui bukunya "Habis Gelap Terbitlah Terang". Menurut Ibnu Ahmad Dahri (1992), pikiran-pikiran Kartini yang dituangkan dalam bentuk surat-menyurat dan risalah ini tidak ditemui detail-detail masalah yang harus digugat oleh wanita, tetapi secara umum beliau menghendaki peningkatan harkat dan martabat wanita. Jadi sebenarnya Kartini tidak menuntut hak-hak wanita seperti di Barat, namun menuntut hak-hak wanita yang memang menjadi haknya.

Sesungguhnya Rasulullah yang diutus sebagai rahmatan lil’alamin adalah pelopor emansipasi wanita dalam Islam. Beliau akan memerangi siapa saja yang akan mengubur anak wanita mereka hidup-hidup. Dan belia juga menjanjikan ganjaran yang sangat besar diakhirat kelak bagi mereka yang membesarkan anak wanita mereka: "Barangsiapa yang membesarkan anak-anak perempuannya, dan merawat mereka dengan baik, mereka akan melindunginya dari api neraka."

Beruntunglah bagi yang terlahir sebagai seorang wanita. Bagi kaum Adam jangan berkecil hati karena seorang laki-laki adalah imam bagi seorang wanita. Maka berbanggalah pula bagi yang terlahir sebagai seorang laki-laki. Segala Puji bagi Allah Yang Maha Sempurna!
Meskipun pria menjadi pemimpin atas wanita, bukan berarti pria lebih mulia dari wanita, karena yang lebih mulia di antara mereka adalah yang lebih bertaqwa, dan bukan yang lebih tinggi pangkatnya. Atau bisa dikatakan bahwa Islam sama sekali tidak mendudukan wanita di bawah pria.

Wanita mendapat posisi yang paling penting adalah posisi untuk membina anak - anaknya. Posisi ini sangat penting untuk membentuk calon - calon penerus di masa depan. Dan kalaupun seorang wanita tidak menjadi pemimpin, toh dialah yang menyiapkan calon - calon pemimpin masa depan.
Bahkan yang melahirkan Rasulullah, yang begitu mulia adalah seorang wanita! Subhanallah!

“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah.” (HR. Muslim)

Wallahu'alam..

[ervira rusdhiana:vierhuzz.blogspot.com]

2 komentar: