Ads 468x60px

Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu

bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

kuatkanlah ikatannya
tegakkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya

terangilah dengan cahyaMu
yang tiada pernah padam
ya Robbi bimbinglah kami

rapatkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakkal padaMu

hidupkan dengan ma’rifatMu
matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela

Jumat, 13 Desember 2013

Refleksi Perjalanan, Suka Duka Kita Seirama



“Ketika orang tertidur kau terbangun, itulah susahnya. Ketika orang merampas kau membagi, itulah peliknya. Ketika orang menikmati kau menciptakan, itulah rumitnya. Ketika orang mengadu kau bertanggung jawab, itulah repotnya. Oleh karena itu, tidak banyak orang bersamamu disini, mendirikan imperium kebenaran”
(KH. Rahmat Abdullah)

            Menyatukan visi, menyatukan hati tentulah  sangat dibutuhkan dalam menjalankan peran sebagai BKK. Karena ketika ada egoisme yang mulai meninggi, maupun prasangka yang mulai menghitam, bahkan rasa peduli telah menipis, maka kembali mengingat apa tujuan kita bergerak akan kembali meredakannya. Begitulah seharusnya. Langkah kami diawali dengan sebuah jargon, yang menurut saya sangat dalam maknanya, “Suka duka kita seirama” Dimana sebagai sesama muslim ibarat satu tubuh, yang apabila satu anggota tubuhnya merasa sakit, maka begitu pula seharusnya.

            Pada awal perjalanan, kami melakukan sebuah perjalan untuk menuju sebuah tempat yang di benak kami begitu indah panoramanya. Dan di perjalanan inilah saya merasa bahwa perjalan ini seolah menjadi refleksi setahun kepengurusan 1434 H yang akan kami lalui. Kami berangkat dengan sebuah tujuan yang sama. Dengan komposisi tiga motor yang kami kendarai, kami berangkat. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, kami akhirnya mulai  melalui bukit yang begitu tinggi, berkelok-kelok, di bibir jalan ada tebing dan jurang yang menemani, dan kami tetap berjalan dengan semangat. Hingga ditengah perjalanan, hujan deras pun turun, kami segera mengenakan jas hujan dan melanjutkan perjalanan. Namun di tengah perjalanan  salah satu motor yang dikendarai di antara kami terjatuh, dan saat itu segera semua motor menghentikan lajunya. Segera kami sigap membantu saudara kami yang terjatuh itu, dan kami beristirahat sejenak di sebuah mushola kecil sembari menanti hujan berhenti.


            Usai sholat ashar, hujan nampak mulai reda. Kami memutuskan melanjutkan perjalanan. Lagi-lagi kami harus melalui bukit yang begitu tinggi, berkelok-kelok, di bibir jalan ada tebing dan jurang yang menemani, dan kami tetap berjalan walau lebih hati-hati karena jalanan licin terkena basahnya guyuran hujan. Setelah melaju cukup lama, kami pun merasa perjalanan ini terasa tak kunjung sampai pada tujuan yang ingin kami capai. Hingga di suatu bukit berkabut kala itu, kami berhenti sejenak, merapat ke pinggir jalan. Di antara kami mulai merasa ragu, antara akan melanjutkan perjalanan ini ataukah harus kembali berbalik arah karena kabut semakin tebal ditambah bensin salah satu motor yang kami kendarai hampir habis. Setelah berdiskusi cukup panjang akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Saat itu, orientasi kami mungkin bukan lagi ingin melihat tempat yang di benak kami begitu indah panoramanya. Bisa jadi yang ada di benak kami saat itu adalah bagaimana caranya agar bisa pulang dengan selamat. Dan kami tetap terus melanjutkan perjalanan. Kali ini jalanan yang kami lalui mulai menurun, tidak lagi menanjak. Sesekali, kami mematikan mesin untuk menghemat bensin. Terus berjalan, melaju diantara tebing dan jurang hingga beberapa saat kemudian mulai tampak perumahan warga. Rasanya sedikit lega. Kami berhenti lagi sejenak untuk mengisi tangki bensin kami yang hampir kosong, dan kami mealnjutkan perjalanan. Kali ini waktu sudah hampir memasuki waktu maghrib, kami segera melaju, ingin segera menyudahi perjalanan panjang ini dan beristirahat tentunya. Dan saat perjalanan pulang itu, tetiba salah satu di antara kami tersadar bahwa kami sedang menuju tujuan awal kami melakukan perjalanan. Sebuah pemandangan yang begitu melegakan tampak di pelupuk mata. Hamparan air yang begitu luas tampak sangat menyejukkan. Kami semua menyebut nama-Nya, memuji-Nya, mengucap syukur pada-Nya. Betapa letih seolah hilang rasanya, dan kami berhenti sejenak untuk menikmati panorama indah yang ada di depan kami. Karena waktu semakin mendekati maghrib, kami pun segera menyudahinya dan kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang. Dan tentu dengan senyuman yang terkembang.

            Walau letih terasa, walau peluh mnegucur, walau air mata menetes, walau luka menyayat, walau perih teriris, yang namanya sebuah perjuangan pasti ada pengorbanan. Yang namanya sebuah perjalanan, pasti ada hikmah di dalamnya. Dan kita harus paham dengan apa yang kita lakukan, paham untuk apa kita melakukan perjalanan ini, dan tentu kita harus paham pula bagaimana cara dan konsekwensi dari perjalanan ini. Dan apalah arti sebuah kepahaman jika tak ada keikhlasan di dalamnya. Maka keikhlasan dalam bergerak inilah yang menjadi pembedanya. Karena mungkin kita melakukan hal yang sama, namun output yang dihasilkan bisa jadi berbeda, sesuai dengan keikhlasan kita. Dan ketika kefahaman dan keikhlasan bersatu, ia akan menghasilkan buah yang disebut dengan amal. Dan sebuah amal tak boleh hanya sekedar amal saja, ia harus disertai dengan kesungguhan (jihad), seperti kata Imam Ghazali yang intinya bahwa jihad adalah titik dimana kalian benar-benar merasa kepayahan bersungguh-sungguh hingga di titik nadir, sudah deadlock. Hingga kesungguhan itu menghasilkan yang dinamakan dengan pengorbanan karena-Nya dan keteguhan yang kokoh hingga ia menjelma menjadi sikap totalitas.

Beban Dakwah hanya dapat diberikan oleh mereka yang memahami dan memberikan apa saja yang kelak di tuntutnya ; Waktu, Kesehatan, Harta, Bahkan Darah. Mereka Bergadang saat semua tertidur lelap. Mereka gelisah saat yang lain lengah. Seakan-akan lisannya yang suci Berkata , “Tidak ada yang kuharap dari kalian. Aku hanya mengharap pahala Allah”
(Hasan Al Banna)

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Banyak hal yang telah dilalui, dengan dinamika yang penuh dengan tarbiyah dari Allah. Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh pejuang Shalahuddin baik Ketua, Sekjend, BKK, PH, semua kader Jama’ah Shalahuddin yang tidak dapat disebutkan satu per satu,  yang telah bersama-sama berjuang, bahu-membahu untuk menjalankan roda dakwah ini. Kadang orientasi kita terlampau tinggi, sehingga ketika kita jatuh, begitu terasa sakit. Namun, yang namanya jatuh dalam perjalanan itu adalah hal yang biasa. Yang luar biasa adalah ketika kita mau bangkit kembali dan melanjutkan perjalanan dengan upaya perbaikan yang kita lakukan hingga kita tak jatuh ke lubang yang sama. Untuk itu, saya memohon maaf atas segala kekhilafan dan keterbatasan saya dalam menjalankan amanah saya di BKK selama satu tahun perjalanan ini. Semoga untuk kedepannya bisa lebih baik dan mampu menyelesaikan amanah dengan usaha terbaik demi kemaslahatan umat. Semangat Perbaikan! 

1 komentar: