Ads 468x60px

Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu

bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

kuatkanlah ikatannya
tegakkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya

terangilah dengan cahyaMu
yang tiada pernah padam
ya Robbi bimbinglah kami

rapatkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakkal padaMu

hidupkan dengan ma’rifatMu
matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela

Senin, 13 Juni 2011

Melaju ke Kota Hujan (Puskomdays FSLDK)

  Masih lekat dalam ingatan, sepekan yang lalu, tanggal 3 Juni 2011, seusai sholat ashar di stasiun lempuyangan, sekitar pukul 16.45 kereta progo tujuan jatinegara pun melaju. Perjalanan ini bermula dengan cukup “nyaman”. Kami hendak melaju ke kota hujan, tepatnya untuk mengikuti kegiatan Puskomdays FSLDK di IPB. Sebagai perwakilan Jamaah Shalahuddin UGM, diantara kami ada JS-one pak arwyn; pak arif, ilham, wening,candra dan azka dari tim fsldk; mita dari kemuslimahan; dan saya dari media opini. Dalam perjalanan kami pun ada mbak Jamilatuz Zahro (mb jems) yang ikut bersama rombongan kami untuk pulang ke kampung halamannya,cirebon. Sedang Candra memilih berangat sendiri dari kampung halamannya.
Perjalanan kami pun mulai terasa “hidup” saat disudut akhwat mulai membicarakan persiapan materi Puskomdays esok hari. Saya mengeluarkan beberapa bundel print-out materi tentang BK Isu Dunia Islam, Wening tengah membaca grand design FSLDK Indonesia, tak mau kalah, Azka dan Mita bertanya pada mb jems tentang Komisi C,
tentang kemuslimahan. Beberapa saat kemudian, saya teringat dengan agenda Ramadhan di Kampus (RDK) dan topik pembicaraan kami beralih ke rdk, kemudian topik selanjutnya adalah terkait MTT JS.


     Tak terasa waktu sholat maghrib pun tiba, kami (akhwat) pun melaksanakan sholat maghrib. Usai sholat, kami mulai sibuk dengan aktivitas masing-masing, ada yang tilawah, dzikir al-ma’tsurat, dan ada yang sedang belajar. Saking asiknya, kami sedikit “lupa” bahwa kami sedang berada di kereta, yang didalamnya berlalu-lalang pengamen, pengemis, pedagang, dan orang-orang yang hendak mencari sesuap nasi. Sampai ketika ada sekelompok pengamen yang sedang melantunkan musik jalanan mereka datang menghampiri kami(akhwat) yang “sibuk” dengan aktivitas pribadi kami sehingga kami agak berlaku cuek saat salah satu diantara mereka meminta uang. Seketika itu Sang Pelantun musik jalanan berkata yang intinya,”Kalau nggak mau ngasih ya bilang, jangan didiamkan saja, kita disini cari uang, hargai kami”. Dheg! Seketika itu kami(akhwat) saling memandang dan termenung. Sebuah teguran yang menyadarkan kami bahwa kami sedang berada di tempat umum, kepedulian kita terhadap lingkungan sangatlah dibutuhkan. Intinya, jangan cuek!

     Sekitar pukul 00.00 kereta sampai di cirebon, mbak jems pun turun dan kami melanjutkan perjalanan, hingga pukul 02.25 kami tiba di stasiun Jatinegara. Usai menunaikan sholat isya, kami kembali menuju ruang tunggu dimana banyak orang berbaring di lantai, begitu juga kami, lesehan dan mulai melakukan aktivitas pribadi. Membaca buku, muroja’ah, makan roti, ada juga yang terlelap sejenak. Sekitar pukul 4.40 akhirnya kereta yang menuju stasiun Manggarai pun tiba, kami naik dan hanya sebentar saja sekitar 10 menit kemudian kami tiba di stasiun Manggarai. Segera kami berjalan menuju Mushola di dekat stasiun untuk menunaikan sholat subuh. Kami bergantian untuk menjaga barang bawaan kami. Di Mushola tersebut ternyata kami bertemu dengan rombongan dari UNS yang juga memiliki tujuan yang sama, ke IPB untuk mengikuti agenda Puskomdays. Singkat cerita, kereta pun datang dan kami bergegas untuk naik. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 25 menit kami pun tiba di stasiun bogor. Bersama rombongan UNS, kami pun memilih angkot sebagai transportasi untuk sampai di IPB. Selama perjalanan, kami berbincang-bincang dan menikmati panorama kota bogor yang ternyata cukup macet.

     Pukul 8.30 kami pun tiba di Masjid Al-Hurriyyah IPB, dan segera rombongan akhwat memasuki tempat transit untuk meletakkan barang bawaan kami. Segera setelah itu kami pun berbenah diri, sholat dhuha, dan makan. Pukul 10.00 bus IPB pun datang dan kami (rombongan akhwat) diantar menuju gedung Andi Hakim Nasution untuk mengikuti pembukaan Puskomdays. Luar biasa! Ketika memasuki ruangan, ketakjuban pun muncul, melihat banyaknya masa yang datang, kurang lebih 400 mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di Indonesia berkumpul menjadi satu dalam ruangan tersebut. Saat kami datang, materi I tentang Training Kepemimpinan Islam tengah berlangsung. Warna-warni jaket yang mereka kenakan, serta saat gemuruh takbir membahana di seluruh penjuru ruangan tersebut, membuat semangat kami membara. Materi pun berlangsung hingga pukul 11.30 dan dilanjutkan dengan sholat Jum’at bagi para ikhwan.

     Seusai sholat Jum’at, materi stadium general disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahun, Ms. mengenai “Pemuda dan Kepemimpinan”. Beliau mengupas tuntas terkait tantangan dan permasalahan Umat Islam baik Eksternal maupun Internal, juga memaparkan tentang potensi Umat Islam di Indonesia saat ini yang ternyata sangat banyak. Setelah memaparkan hal tersebut tak lupa beliau menyampaikan apa yang harus dilakukan oleh pemuda Indonesia saat ini. Dan menurut beliau, pemuda Muslim memiliki peran yang sangat strategis dalam perubahan bangsa Indonesia menuju perbaikan. Materi berlangsung hingga waktu ashar. Seusai menunaikan sholat ashar kami kembali ke ruangan dan menikmati suguhan senandung “Satu Rindu” dari paduan suara IPB, AGRIA SWARA. Kemudian acara selanjutnya adalah Ice Breaking dan penyampaian testimoni untuk puskomdays hari pertama. Dan ternyata Wening ditunjuk sebagai perwakilan akhwat untuk maju kedepan dan menceritakan kesan Puskomdays hari pertama. Intinya ia berkata,"Jujur awalnya capek, dan ini pertama kalinya saya naik kereta (bisanya naik pesawat). Tapi ketika tiba disini, bertemu dengan teman-temanyang lain, rasa capek saya hilang." Acara hari pertama diakhiri dengan doa dan mobilisasi peserta menuju penginapan.

Peserta Akhwat (Hari Kedua)
   Hari kedua pun dimulai. Seusai sarapan, peserta Puskomdays terbagi menjadi tiga komisi, yaitu komisi A membahas Isu keIslaman, komisi B membahas ke-LDK-an serta komisi C membahas kemuslimahan. Sedangkan sekolah-sekolah ke-LDK-an terdiri dari Sekolah Isu dan ADK Kompetensi, Sekolah Badan Standarisasi Nasional, Sekolah Mentoring, Sekolah FSLDK Peduli, Sekolah PMLDK Daerah serta Sekolah Kemuslimahan. Masing-masing sekolah membahas program yang akan dilaksanakan oleh setiap LDK di Indonesia. Sekitar pukul 08.00 kami pun mulai memasuki ruangan sesuai dengan sekolah masing-masing. Di sekolah Isu dan LDK Kompetensi, materi pertama disampaikan oleh BK Humas dan Media dilanjutkan dengan diskusi. Dalam sekolah ini membahas terkait Penokohan ADK lewat media. Salah satu targetannya adalah penokohan 1000 aktivis dakwah kampus. Selain itu dalam sekolah ini juga membahas bagaimana cara untuk marketing Isu. Karena Isu menjadi corong juga sebagai gerbang awal agar publik mengenal FSLDK Indonesia. Para peserta sangat antusias dalam mengikuti sekolah ini. Salah satu topik yang dibahas dalam sekolah ini adalah bagaimana cara menciptakan Isu dan bagaimana cara memunculkan media tandingan. Salah satu upaya FSLDK dalam memunculkan media tandingan adalah membuat portal khusus untuk FSLDK (masih dalam proses). Setelah sesi ini selesai, peserta dipersilahkan untuk melaksanakan sholat dhuhur dan makan siang. Sekitar pukul 14.15 sekolah Isu Dunia Islam pun dimulai. Materi ini disampaikan oleh Pak Arwyn selaku BK Isu Dunia Islam (Jamaah Shalahuddin UGM). Materi yang disampaikan kurang lebih ada pada panduan BK IDIFSLDK Indonesia. Setelah penyampaian materi tentang Isu Dunia Islam, selanjutnya adalah pemaparan tentang Jejaring Donasi Nasional (JDN) oleh ketua Tim FSLDK UGM, Pak Arif. Dalam pemaparannya, disampaikanlah latar belakang kenapa Palestina harus dibela, juga bagaimana peran yang dapat mahasiswa muslim lakukan sebagai aksi nyata dan bukti kepedulian kita terhadap saudara seakidah. Pun dijelaskan mengenai visi dan misi BK IDI yang memang Fokus pada permasalahan terkait Palestina. Peserta pun cukup antusias menanggapi persoalan Palestina. Namun agaknya semangat yang berkobar juga harus diimbangi dengan aksi yang nyata.
     Pada hari ketiga, Puskomdays diawali dengan longmarch sepanjang jalan kampus IPB mulai dari Masjid Al-Hurriyyah dan finish di lapangan dekat Gedung Andi Hakim Nasution dengan menggunakan dresscode putih. Peserta berjalan sambil membawa bendera FSLDK juga beberapa bendera LDK dari berbagai Universitas. Longmarch yang disertai orasi dan ini, mengangkat isu tentang kebangkitan pemuda. Beberapa perwakilan baik dari Puskomda maupun Puskomnas pun menyampaikan orasi didepan 400 orang dengan semangat yang membara, dan gemuruh takbir lagi-lagi membahana di bumi IPB. Sekitar pukul 09.00 peserta dimobilisasi untuk masuk ke Gedung Andi Hakim Nasution dan mengikuti materi oleh bendahara Puskomnas tentang kemandirian finansial LDK. Namun, kami tidak mengikuti materi terkahir dan penutupan dikarenakan kami harus segera "mengejar" kereta (kebetulan saya dan Azka ujian akhir semester keesokan harinya).

     Setelah berpamitan dengan panitia, kami diantar menggunakan mobil oleh panitia hingga sampai di gerbang IPB. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menggunakan angkot menuju Stasiun Bogor untuk naik KRL. Alhamdulillah, KRL masih sempat kami "kejar". Namun akhirnya kami tetap tidak bisa pulang naik kereta pukul 12.00 karena kami tiba di stasiun Manggarai sekitar pukul 12.15. Alhasil, kami memilih untuk sholat terlebih dahulu. Saat ikhwan sholat, kami (akhwat) bertugas menjaga barang sambil berdiskusi ringan. Tiba-tiba dari belakang kami ada "teteh" yang biasa menyapu di kawasan Manggarai menghampiri kami.

     Ia berkata,"Dari pesantern Husnul ya?" (mungkin yang dimaksud adalah Husnul Khotimah)

     Kami yang agak kaget hanya tersenyum.
     Kemudian ia berkata lagi dengan logat khas sunda,"Saya juga dulu anak Husnul. Walaupun sekarang saya bukan anak pesantren, saya mah tetep senyum." (Teteh mengira kami anak Husnul karena di jaket yang digunakan Wening ada bordiran nama mbak Husnul)

     Kami agak kebingungan dengan maksud perkataan teteh tersebut. Salah saru diantara kami pun menjawab sambil tersenyum,"Kita bukan dari Husnul kok teh, kita juga bukan dari pesantren."

     Teteh membalas lagi,"Tapi ngaji kan?"

     Kami menjawab,"Iya."

     Kemudian teteh itu bercerita tentang temannya dan menasehati kami,"Intinya banyak-banyak mengucapkan Istighfar."

     Kami mengangguk, "Iya teh."

     Teteh itu juga bercerita,"Walaupun saya hidup nggelandang disini, saya teh bahagia. Disini (stasiun manggarai) orang-orangnya baik."

     Kami menyimak pembicaraan teteh dan mengambil hikmah yang dapat diambil. Kemudian teteh itu pergi dan tak lama kemudian ikhwan datang. Kami pun bergantian untuk sholat.


Kita ibarat para pengembara
Seusai sholat, kami melanjutkan perjalanan menuju stasiun Senen menggunakan Trans Jakarta. Setibanya kami di Stasiun Senen, ternyata kami tidak bisa naik kereta siang itu. Akhirnya kami meutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sambil menentukan keputusan akan naik kereta bisnis atau ekonomi. Dan keputusan kami adalah tetap naik kereta ekonomi dari stasiun Tanah Abang. Makanan dan minuman pun telah habis, alhamdulillah kali ini kami ditraktir Wening. Awalnya kami bercanda minta ditraktir wening karena beberapa waktu lalu ia milad, namun ternyata ditanggapi serius. Alhamdulillah.

     Akhirnya kami kembali menggunakan Trans Jakarta untuk sampai ke Stasiun Tanah Abang. Alhamdulillah, akhirnya kami dapat tiket pemberangkatan pukul 18.30. Setelah menunggu cukup lama di stasiun, akhirnya kami berangkat juga. Seusai sholat, kami berbincang-bincang dan beberapa di antara kami pun terlelap. Sekitar pukul 01.00, beberapa dari kami (akhwat) yang duduk di seat 3-3 pun terbangun. Ibu yang duduk bersama kami pun bercerita kalau ia baru saja dicopet. Kami pun kaget dan segera memeriksa barang bawaan kami. Alhamdulillah tidak ada yang kehilangan. Ibu itu masih bersyukur karena dompet yang dicopet itu hanya berisi uang Rp 20.000 dan KTP. Sedangkan dompet yang "sesungguhnya" tidak dicopet. Ibu itu menuturkan bahwa setiap bepergian, ia selalu membagi uang bawaannya kedalam 2 dompet. Kami kembali mendapatkan pelajaran yang berharga. Sang Ibu pun berpamitan karena sudah sampai di tujuan. Kami semakin waspada. Hingga akhirnya sekitar pukul 07.00 kereta kami pun tiba di Jogjakarta.


Bendera FSLDK yang dibawa saat Long March

2 komentar:

  1. Ada juga kader JS yng punya blog lumayan update :),
    jadi inget dulu sehari stelah rombongan besar Gamais berkunjung ke js, blog2 mereka luar biasa ramai dg postingan tentang kunjunngan mereka ke js. kebalikan dg kader2 js, gak ada satupun dari mereka yg menuangkan pengalaman mereka gimana sih rasanya jadi tuan rumah saat rmbongan gamais datang ke jogja dalam bentuk tulisan, yg bisa dibaca banyak orang tentunya.
    melihat fenomena ini, ada salah seorang teman yg juga petinggi js nyeletuk, "dari 3 LDK besar di Indonesia ini, masing2 dr mereka punya karakteristik yg berbeda antara satu dg yg lain, teman2 gamais hebat dalam menuangkan opini mereka dlam bentuk tulisan, teman2 salam ui jago dalam manajemen suatu event, sedangkan js lebih tsiqoh dalam menyusun konsep sebuah event.. ya, mudah2an ke depannya js gak hanya jago dalam mengkonsep suatu kegiatan saja....

    BalasHapus
  2. Wah, ada Sang Master, jadi segan, hehe.. Iya, saya harap bisa kembali aktif menuiskan opini lagi, karena memang sempat mati..
    Ya intinya, SEMANGAT PERBAIKAN!

    BalasHapus