Ads 468x60px

Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu

bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

kuatkanlah ikatannya
tegakkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya

terangilah dengan cahyaMu
yang tiada pernah padam
ya Robbi bimbinglah kami

rapatkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakkal padaMu

hidupkan dengan ma’rifatMu
matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela

Rabu, 05 Februari 2014

Hati yang Kosong

“Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya tidak ada sedikitpun dari Al Qur’an maka ia bagaikan rumah yang kosong.”
(HR. Tirmidzi)



Taukah kau bagaimana gambaran rumah kosong itu? Ya. Rasulullah mengajarkan kita menggunakan perumpamaan-perumpamaan agar lebih mudah dipahami. Dalam benak kita, tentu rumah kosong merupakan sesuatu tempat yang tak menyenangkan. Tak ada yang namanya kenyamanan, bahkan rumah kosong identik dengan suatu tempat yang menyeramkan. Begitulah kondisi hati yang tak ada sedikitpun Qur'an didalamnya.
Rasulullah saw menyebutkan kata hati dalam hadits ini dengan kata "Al-Jauf" yang arti bahasanya adalah lobang. Namun secara makna yang dimaksud dengan "Al-Jauf" adalah hati. Hati adalah tempat masukknya segala kebaikan. Bahkan jika kita ingin memberikan suatu kebaikan kepada orang lain, maka masukkan kebaikan itu lewat hatinya. Dan untuk memasukkan kebaikan itu perlu membuka hati terlebih dahulu. Lantas, bagaimana cara membuka hati orang lain? Cara yang paling sederhana adalah dengan meniadakan permusuhan dan mengadakan kasih sayang. Karena orang yang hatinya tidak memusuhimu, maka tidak akan mencelakaimu. Dan taukah kau bagaimana cara terbaik agar hati kita senantiasa terbuka? Yaitu dengan berprasngka baik. Sekarang pertanyaannya, "Sudahkah hati kita terbuka?" 

Hal yang paling mendasar dan harus ada di hati kita terhadap Qur'an adalah kecintaan. Dan salah satu bukti ketika tak ada cinta di hati kita terhadap Qur'an adalah berlaku biasa saja ketika berinteraksi dengan Qur'an. Karena bagaimana mungkin seseorang yang sedang dilanda cinta bersikap biasa saja terhadap apa yang ia cintai? Sekarang pertanyaannya, "Sudahkah kita cinta terhadap Qur'an? Jangan-jangan hati kita adalah hati yang kosong?"

Seminimal-minimalnya kita terhadap Qur'an adalah mencintainya. Sehingga jika ada seseorang yang rajin membaca Qur'an namun tak ada cinta di hatinya, maka sama saja seperti menuangkan air ke dalam gelas yang tertutup. Karena Qur'an dapat mengangkat derajat seseorang, namun bisa pula menjatuhkan seseorang. Bergantung pada orientasinya. Maka pertanyaannya, "Sudahkah kita ikhlas dalam berinteraksi dengan Qur'an?"

Apa yang dimaksud dengan mencintai Qur'an? Sejatinya, pernerjemahan cinta terhadap Qur'an adalah ketika muncul dua hal:
1. Ta'dzim : Ketika seseorang tilawah (dalam makna luas: menghafal, membaca, merenungi) muncul ta'dzim kepada Allah. Jika ditanya "Mengapa kamu membaca/menghafal Qur'an?" maka Allah menjadi penyebabnya, "Karena Allah suka"
2. Tarhim : Dimana hati kita senantiasa terisi dengan Al-Qur'an.

Lantas, bagaimana jika terasa berat dalam berinteraksi dengan Qur'an? Cinta kita terhadap Qur'an adalah manifestasi cinta kita terhadap Allah. Maka kenali Allah, maka kita akan mencintai Allah. Dan jika kita telah mencintai-Nya, maka kita akan mencintai apa-apa yang Allah cintai pula, termasuk Qur'an.

*Disarikan dari kajian Akhlaq oleh Ustadz Syatori


1 komentar:

  1. masya Allah
    Allohu Akbar...
    Yuk cintai Qur';an, tarhim dan tadzim

    BalasHapus